Sabtu, 21 September 2013

Refleksi Hari Ini

Hari Sabtu yang ke-21 di bulan September ini aku merasa sangat bersyukur, lebih dari rasa syukurku biasanya.. :) aku boleh memetik makna kehidupan lagi hari ini..
mata batinku dibukakan lagi, lewat cerita hidup dari beberapa orang teman. Tidak semua orang mendapatkan kemudahan dalam hidup, aku dan keluargapun tidak. Namun keluargaku bisa dibilang lebih beruntung dibanding keluarga lainnya. Ada cerita, salah satu sekolah kejuruan swasta di Surakarta ini mempunyai murid-murid yang susah diatur. itu karena background dari keluarga yang tidak harmonis. Banyak anak yang bersekolah tanpa dibiayai oleh orangtuanya, sehingga mereka berani mengambil langkah untuk bekerja. Macam-macam pekerjaan mereka lakoni, dari mulai SPG, pekerja seks komersial, hingga menjadi kurir narkoba. Sungguh ironis memang. Di usia yang masih sangat muda mereka mesti menanggung masalah hidup yang teramat berat. Itu tugas kita untuk ikut membantu mereka di dalam pendampingan, agar ke depannya mereka bisa menghadapi masalah tanpa larut dalam pelarian pada hal-hal yang negatif.
Aku baru sadar, selama ini aku masih hidup dalam sebuah akuarium emas. Tidak tahu tentang dunia di luar sana, padahal itu sangat dekat denganku.

Aku sangat-sangat bersyukur Ayah dan Ibuku yang senantiasa menanamkan nilai-nilai padaku sedari kecil. Mereka begitu mencintai aku. Orang tuaku selalu membiasakan aku untuk datang mengikuti perayaan Ekaristi setiap Minggu, dan alhasil sampai sekarang pun aku selalu merindukan datang menghadap Tuhan dan bersatu dengan-Nya di dalam Komuni. Aku bersyukur boleh mengenyam di sekolah Katolik selama Playgroup, TK, SD, hingga SMP. Pendidikan Katolik yang ku dapat itu boleh menjadi dasar pijakan aku dalam mengarungi kehidupan ini. Meskipun aku tidak bersekolah di SMA swasta (karna sesungguhnya aku memikirkan tentang biaya yang bisa dialokasikan untuk adikku), namun aku juga bersyukur boleh mengalami sebuah kehidupan ditengah-tengah perbedaan. Aku jadi lebih bisa menghargai perbedaan itu sendiri. Aku sangat bersyukur boleh diingatkan kembali, bahwa aku kuliah saat ini merupakan pilihanku sendiri, sehingga aku harus bertanggung jawab terhadapnya. Saat ini aku sudah mulai untuk memperbaiki semuanya. Langkah awal yang kubuat di semester ini adalah aku berhasil mendapatkan nilai 85 pada saat kuis. Memang bukanlah sebuah nilai yang sempurna, tapi aku yakin itu adalah langkah awal untuk aku bisa membuktikan pada orang tuaku bahwa akupun bisa bertanggung jawab atas apa yang aku pilih. Dulu sewaktu awal masuk kuliah, aku merasa muak dengan segala yang berbau persaingan dan kesempurnaan. Aku merasa aku tidak perlu mendapatkan nilai yang bagus, dan bahkan mungkin itu merupakan suatu simbol pemberontakanku. Namun aku tidak boleh egois. Aku juga harus ingat kembali akan impian-impian yang sempat aku buang jauh2. Namun aku juga sadar, diluar kepentingan belajar, aku juga harus mau memberikan diri untuk perkembangan komunitas dan mau membantu masyarakat menyadarkan diri dari keprihatinan yang selama ini melekat. Bahkan, lebih dari itu, bersama teman2 aku harus mau menyediakan waktu, mencurahkan segala yang kami punya demi pekembangan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Status Indonesia memang merdeka, tapi mental rakyatnya sama sekali belum merdeka. Terlebih karena sifat-sifat individualisme kian merebak. Itu bukan hanya tugas kami yang sudah merasakan pelatihan, namun itu tugas seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.. Ya, kita semua harus sadar akan sebuah peran. Peran kita masing2, yang jika satu tidak mau menjalankan, maka semua sistem yang sudah dibangun tidak akan pernah bisa berjalan seimbang.