Senin, 12 Agustus 2013

Contoh Makalah Ekonomi Makro (Akuntansi-FE UNS, Semester 2)

Elizabeth Hutami Widowati
F0312044
Akuntansi - B

ANALISA PENANGANAN PROBLEMATIKA KEMISKINAN
DALAM 4 PERIODE KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

BAB I  PENDAHULUAN
Setiap manusia mempunyai hak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya konsep bernegara, manusia yang diberi kesempatan menduduki jabatan sebagai pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan keinginan rakyatnya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tidak semua rakyat mengalami nasib yang beruntung. Ada rakyat yang terjebak dalam masalah kemiskinan.
Masalah kemiskinan bagi berbagai negara di dunia merupakan sebuah masalah multidimensi. Masalah kemiskinan tidak hanya diukur dari pendapatan saja, melainkan juga meliputi masalah kerawanan dan kerentanan rakyat, baik itu laki-laki maupun perempuan, untuk menjadi miskin. Tidak cukup mengenai itu saja, masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar rakyat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Salah satu tujuan utama Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea keempat adalah memajukan kesejahteraan umum. Sudah sejak 67 tahun yang lalu pemerintah Indonesia menyadari akan kewajiban untuk membawa rakyatnya menuju pada kehidupan yang sejahtera melalui berbagai macam kebijakan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beberapa periode pergantian presiden menggadang-gadang untuk memfokuskan diri pada suatu masalah pengentasan kemiskinan. Namun tak pelak, kebijakan-kebijakan tersebut belum mampu membuat rakyat Indonesia keluar dari area kemiskinan. Problematika kemiskinan masih terus menjadi permasalahan besar sepanjang sejarah Indonesia sebagai sebuah negara.
Tulisan ini disusun dengan tujuan menyajikan analisis penulis mengenai penanganan problematika kemiskinan dalam 4 periode kepemimpinan di Indonesia.

BAB II. PEMBAHASAN
Kemiskinan di Indonesia termasuk kemiskinan struktural dan juga permasalahan yang kompleks. Kemiskinan struktural terjadi akibat kesalahan dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Kemiskinan menjadi masalah yang kompleks karena saling terkait dengan indikator-indikator lain seperti pendidikan, tingkat pengangguran, dan juga tingkat inflasi.

Gambar 1. Grafik Perubahan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 1998-2012
Tahun 1998 tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 24,33%. Jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 31,90 juta jiwa dan di kota sebanyak 17 juta jiwa. Memang kebijakan yang dilakukan sejak era Orde Baru periode 1976-1996 (REPELITA II-V) tingkat kemiskinan di Indonesia menurun secara drastic dari 40% di awal REPELITA II menjadi hanya 11% pada awal REPELITA V. Namun setelah terkuak, semua kebijakan pada saat Orde Baru itu bertopang pada utang luar negeri. Selain itu ada juga oknum nakal yang mempermainkan kurs mata uang, sehingga nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat anjlok. Hal itu menyebabkan  krisis yang sangat kompleks dan kronis di Indonesia. Melihat kondisi negara yang kacau itu, para mahasiswa sebagai agen perubahan tidak tinggal diam begitu saja. Mereka berhasil menggulingkan Presiden Soeharto. Pasca pengunduran diri Presiden Soeharto di Indonesia mulai marak akan kerusuhan dan disintegrasi.
Saat jabatan Presiden RI dipegang oleh BJ. Habibie, beliau mengambil langkah-langkah sebagai berikut untuk menstabilkan keadaan ekonomi Indonesia:
1.      Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara.
2.      Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
3.      Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar menjadi di bawa Rp 10.000,00.
4.      Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
5.      Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF.
6.      Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang tidak sehat.
7.      Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Laporan pertanggungjawaban yang ditolak oleh MPR dan permainan politik pihak oposisi menyebabkan Habibie tidak lagi mencalonkan diri sebagai Presiden RI. Namun selama masa singkat beliau memerintah, tingkat kemiskinan di Indonesia turun 1% menjadi 23,43% di tahun 1999. Jumlah penduduk miskin di kota turun menjadi 15,64 juta jiwa namun di desa meningkat menjadi 32,33 juta jiwa.
Setelah Habibie, kedudukan sebagai Presiden RI dipegang oleh Abdurrahman Wahid. Presiden Gus Dur membentuk Dewan Ekonomi Nasional guna memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia  yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Berikut beberapa kebijakan yang diambil Presiden Gus Dur:
1.      Pembentuka komite kebijakan sector keuangan (KKSK) lewat Perpres No. 177 tahun 1999.
2.      Pembentukan badan pananaman modal dan pembinaan BUMN(Keppres 171 tahun 1999)
3.      Perjanjian kerangka kerja Asean mengenai Pemberian kemudahan terhadap barang-barang transit. (Keppres 169 tahun 1999)
4.      Pengesahan protocol promosi dan proteksi investasi antara RI, Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.(Keppres 167 tahun 1999)
5.      Pembentukan Dewan Pengembangan Usaha Nasional (DPUN) lewat Keppres 165 tahun 1999.
6.      Pembentukan Badan Kesejahteraan Sosial Nasional BKSN. (Keppres 152 tahun 1999)
7.      Perjanjian kerjasama pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak dengan Rusia (Keppres 148 tahun 1999) dan perjanjian perdagangan dengan Rusia (Keppres 137 tahun 1999).
8.      Kerjasama modal RI-Zimbabwe (Keppres 46 tahun 1999).
9.      Kerjasama modal RI-Kuba (Keppres 45 tahun 1999).
10.  Kerjasama pajak dan modal RI-Spanyol (Keppres 36 tahun 1999).
Beberapa kebijakan di atas mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2000 tingkat kemiskinan di Indonesia menjadi 19,43% dengan jumlah penduduk miskin di kota sebanyak 26,40 juta jiwa dan di kota sebesar 12,30 juta jiwa. Di akhir masa kepemimpinannya, tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2001 mencapai angka 18,41%. Jumlah penduduk miskin di desa sebesar 29,30 juta jiwa dan di kota sebesar 8,60 juta jiwa. Adanya indikasi Presiden Gus Dur terkena kasus korupsi Bulog dan Bruneigate serta beberapa masalah lainnya menyebabkan beliau lengser dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Setelah Presiden Megawati menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, tingkat kemiskinan tahun 2002 di Indonesia menjadi 18,20%, jumlah penduduk miskin di desa 25,10 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin di kota 13,30 juta jiwa. Nilai tukar rupiah mengalami penguatan semasa pemerintahan Presiden Megawati. Namun Bank Indonesia tetap menerapkan kebijakan moneter yang bisa dikatakan cukup ketat. Perekonomian Indonesia selama tahun 2001-2004 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,6%.
Pada tahun 2003 tingkat kemiskinan di Indonesia berdasar data dari Badan Pusat Statistik sebesar 17,42% sedangkan jumlah penduduk miskin di desa 25,10 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin di kota sebanyak 12,23 juta jiwa. Tahun 2004 tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 16,86%, jumlah penduduk miskin di desa 24,80 juta jiwa dan di kota sebanyak 11,30 juta jiwa.
Setelah pemerintahan Megawati, tampuk kepemimpinan Indonesia dipegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2005 tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai angka 15,97% dengan jumlah penduduk miskin di kota 12,40 juta jiwa dan, di desa 22,70 juta jiwa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun yang sama juga mencapai rata-rata 5,5%. Hal ini bisa diindikasikan perekonomian Indonesia mulai menanjak naik.
Namun di tahun 2006 tingkat kemiskinan di Indonesia naik menjadi 17,75%, dengan jumlah penduduk miskin di kota 14,49 juta jiwa dan di desa sebanyak 24,91 juta jiwa. Tahun 2007 kemiskinan di Indonesia turun di tingkat 16,58% dengan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 23,81 juta jiwa dan di kota sebanyak 13,60 juta jiwa. Tahun 2008 tingkat kemiskinan Indonesia turun menjadi 15,42% dengan jumlah penduduk miskin di desa 22,19 juta jiwa dan di kota sebanyak 12,77 juta jiwa. Di akhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama yaitu pada tahun 2009 tingkat kemiskinan di Indonesia menyentuh angka 14,15% dengan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 20,62 juta jiwa dan di kota sebanyak 11,91 juta jiwa.
Pada pemerintahan SBY periode kedua, di tahun 2010 tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai angka 13,33% dengan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 19,93 juta jiwa dan di kota sebanyak 11,10 juta jiwa. Survey pada bulan Maret tahun 2011 tingkat kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan menjadi 12,49% dengan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 18,97 juta jiwa dan di kota sebanyak 11,06 juta jiwa. Perkembangan di bulan September tahun 2011 tingkat kemiskinan menjadi 12,36% dengan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 18,94 juta jiwa dan di kota 10,96 juta jiwa. Tahun berikutnya di bulan Maret tingkat kemiskinan Indonesia menjadi 11,96% dengan jumlah penduduk miskin di desa 18,49 juta jiwa dan di kota 10,16 juta jiwa. Bulan September tahun 2012 tingkat kemiskinan di Indonesia menunjukkan angka sedikit lebih kecil yaitu 11,66%. Sedangkan jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 18,06 juta jiwa dan di kota sebanyak 10,01 juta jiwa.
Selain berbagai kebijakan bagi penduduk miskin seperti sekolah gratis, RASKIN, BLT, JAMKESMAS, Presiden SBY juga mengambil 5 kebijakan baru, yaitu:
1.      Kebijakan pengamanan APBN-P 2012
2.      Kebijakan peningkatan penerimaan negara.
3.      Kebijakan gerakan bersama di tingkat nasional untuk penghematan energy secara total.
4.      Kebijakan penggunaan gas domestic.
5.      Kebijakan meningkatkan investasi di tahun 2012-2014.
Tetapi nampaknya semua kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah belum menyeluruh hingga ke pelosok-pelosok daerah dank e lapisan masyarakat yang paling bawah. Birokrasi di Indonesia masih belum memungkinkan penduduk miskin mengakses fasilitas-fasilitas yang diberikan negara secara maksimal.
BAB III. KESIMPULAN
Melihat dari berbagai macam sumber data yang dianalisis penulis, dapat disimpulkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia sangat berfluktuasi. Perkembangan tingkat kemiskinan yang dapat dilihat dari survei menurut Badan Pusat Statistik cukup bagus dan sudah banyak program yang dicanangkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Namun tingkat kemiskinan itu tidak otomatis menjadi gambaran dari kondisi yang sebenarnya.
Meskipun tingkat kemiskinan terus mengalami penurunan yang dapat diartikan bahwa perkembangan ekonomi di Indonesia sudah cukup bagus, tetapi masalah kemiskinan di Indonesia belum sepenuhnya bisa dihilangkan. Kebijakan-kebijakan pemerintah cenderung merupakan kebijakan yang suka memanjakan rakyat. Hal itu juga menjadi salah satu pemicunya. Rakyat yang miskin terus menerus dibuai oleh bantuan-bantuan yang sifatnya dapat langsung habis dalam kurun waktu singkat sehingga tingkat kemiskinan pun dapat dikatakan masih tinggi. Perlu adanya kerjasama untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dari berbagai pihak demi terciptanya kondisi perekonomian yang sejahtera.



DAFTAR PUSTAKA
www.jurnal-ekonomi.org/tag/kemiskinan; diunduh hari Sabtu,1 Juni 2013 pukul 12.45
www.journal.uny.ac.id; diunduh hari Sabtu, 1Juni 2013 pukul 12.45
www.ejournal.undip.ac.id; diunduh hari Senin, 3 Juni 2013 pukul 11.15
www.journal.unhas.ac.id; diunduh hari Senin, 3 Juni 2013 pukul 11.15
www.tnp2k.go.id; diunduh hari Senin, 3 Juni 2013 pukul 11.20
www.bps.go.id; diunduh hari Senin, 3 Juni 2013 pukul 11.21
www.google.co.id; dilihat hari Senin, 3 Juni 2013 pukul 18.02

www.wikipedia.co.id; dilihat hari Selasa, 4 Juni 2013 pukul 20.05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar